WELCOME TO MY BLOGG "RENUNGAN PRIBADI", I HOPE MY THOUGHTS THAT WRITTEN IN THIS BLOG CAN BE INSPIRED TO UNDERSTAND THE MESSAGE FROM GOD IMPLIED IN EVERYDAY ACTIVITIES.

Selasa, 25 September 2018

"Memangnya salah saya apa?

"Kenapa saya harus minta maaf?", "Itu khan karena keadaan, bukan salah saya donk??" 
Kalimat di atas tentu pernah kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Suatu ungkapan yang tidak mengakui kesalahan tetapi melempar kesalahan kepada pihak lain. 

Pernahkah terpikir bahwa semua pelayanan kita, persembahan-persembahan kita, puji-pujian dan doa-doa yang kita bawa kehadirat Tuhan masih ter"pending" (=tertunda) di depan mezbah dan belum sampai kehadirat-Nya. Mengapa ini bisa terjadi?

Mari kita simak pesan Tuhan dalam Matius 5: 24 "Tinggalkanlah persembahan mu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu"

Saudara/i terkasih,
Ternyata jawabannya adalah karena di belahan bumi lain, di suatu tempat masih ada orang  yang menyimpan sakit hatinya sampai saat ini akibat perilaku atau ucapan yang pernah kita lakukan terhadapnya.

Permasalahannya adalah bagaimana kalau kita tidak ingat atau tidak menyadari telah menyakiti orang lain? 

Perlu dipahami bahwa kita ingat maupun tidak ingat, luka yang tersimpan dalam hati orang lain karena perbuatan kita itu TIDAK bisa hilang secara otomatis, sampai ia memaafkan kita.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Mazmur 106 : 3 "Berbahagialah orang-orang yang berpegang pada hukum, dan melakukan keadilan di segala waktu". Melakukan perbuatan baik kepada sesama sesuai hukum KASIH yang diajarkan Yesus di segala waktu dapat mencegah kita dari perilaku yang menyakiti hati orang lain. Apabila kita menerapkan pesan dalam Mazmur 106 : 3 tersebut maka sepanjang waktu kita akan terjaga untuk tidak menyakiti orang lain, yang artinya tidak meninggalkan "sesuatu" dalam hati saudara mu (Mat 5 :23). Dengan demikian, kapanpun dan dimanapun setiap kita akan berdoa, memuji dan memberikan persembahan kehadirat-Nya, hati kita akan tenang karena merasa layak dihadapan-Nya.

Ibrani 4 : 13 "Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab". Oleh karena itu dengan mengingat bahwa Bapa maha mengetahui yang tersembunyi sekalipun, termasuk yang ada dalam hati manusia, maka kita perlu menjaga perilaku kita. Segeralah meminta maaf kepada orang yang tersinggung hatinya itu selagi ada kesempatan (Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi 5 menit kedepan). 

Bagaimana bila kita benar-benar lupa bahwa kita pernah menyakiti hati orang lain? Bisa saja hal tersebut bukan masalah besar bagi kita (=hanya masalah sepele), tetapi bagi orang lain menjadi masalah besar. Karena besar-kecilnya masalah itu adalah relatif bagi tiap-tiap orang tergantung situasi dan latar-belakang kehidupan seseorang tersebut. 

Tentu kita pernah mendengar ungkapan "Lidah lebih tajam dari pedang" artinya "ucapan" yang dikeluarkan seseorang bisa melukai hati orang lain. Coba amati dan ingat-ingat lingkungan sekitar kita. Apakah ada orang yang setiap hari selalu "memilih" kata-kata yang tidak enak didengar dan apakah ia menyadarinya? Mungkin saja itu terjadi pada diri kita sendiri, karena tidak ada feedback dari orang lain, karena mereka takut mengkritik kita. Sehingga tidak ada yang menyadarkan kita untuk memperbaiki diri dalam berkomunikasi. Maka selamanya orang-orang disekitar kita akan tersakiti hatinya karena kita tidak pernah rendah hati untuk meminta maaf. Akhirnya, setaat apapun kita dengan segala ibadah, doa-doa, pujian dan persembahan yang kita lakukan, semuanya itu masih tertunda di depan Mezbah. Bersyukurlah bila ada orang lain yang mengkritik kita, itu karena mereka masih perhatian kepada kita sehingga kita bisa memperbaiki diri.

Saudara/i terkasih.
Mungkin saat ini kita teringat kepada seseorang (papa, mama, anak, sahabat siapapun itu) yang dulu pernah terluka hatinya karena situasi dan kondisi waktu itu yang diluar kemampuan kita. Bisa saja anda seorang ibu yang pernah mencoba menggugurkan anak karena faktor "tertentu" (di usia remaja anak itu luka hatinya setelah mengetahui bahwa ia pernah "ditolak"); atau anda seorang ayah yang pernah mengancam anak dengan kata kasar (anak anda menyimpan dalam hatinya karena tidak berdaya waktu itu); atau anda seorang anak yang pernah mengutuk orang tua (hati orang tua terluka karena kata2 anda); dan lain sebagainya. Semuanya itu tentu telah membuat luka di hati orang lain. Ingatlah bahwa tidak ada manusia yang luput dari kekhilafan.

Kalau orang-orang yang luka hatinya karena kita tersebut masih hidup dan bisa ditemui, maka segeralah meminta maaf dengan tulus kepadanya. Tidak ada kata terlambat untuk minta maaf kepadanya. Namun bila mereka sudah tidak memungkinkan ditemui karena hilang kontak, beda negara, beda dunia (wafat) maka doakan orang tersebut, (Lukas 11 :13) mintalah Roh Kudus membersihkan hatinya dari dendam terhadap kita. 
Ingatlah "persembahan" masih ter"PENDING" di depan Mezbah.

Tentu kita ingin semua pelayanan, ibadah, persembahan dan doa-doa kita berkenan kepada-Nya, bukan cuma sampai di depan mezbah saja tetapi naik kehadirat-Nya. Berinisiatif meminta maaf merupakan awal proses berdamai dengan sesama.

Tuhan memberkati kita semua.
Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer


Pembaca yang budiman,

Saya sangat senang bila tulisan dan pemikiran saya dicopy/disebarluaskan dan mohon mencantumkan "credit" sumber dari https://materirenungan.blogspot.com
Terimakasih.
Salam hormat,
Albert AFB.