Pada hari Jumat 28 September 2018 yang lalu, telah terjadi gempa dan
tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. Di berita-berita, saya melihat ada sebuah foto bangunan gereja masih berdiri tegak, namun disampingnya nampak puing-puing reruntuhan yang ternyata itu adalah bekas hotel. Saya berguman dalam hati, "hmm.. ternyata dekat dengan rumah
Tuhan, belum menjamin dapat berkat keselamatan" , pikir saya.
Saya pun teringat dengan kisah Nuh yang diselamatkan Tuhan dari
Air Bah. Saat itu yang diselamatkan hanya 8 orang, yaitu Nuh dan Istrinya, 3
anaknya dan 3 menantunya. Mengapa koq cuma delapan orang, apakah Nuh tidak punya
saudara dan ponakan-ponakan?
Dalam Kitab Suci kita mengetahui bahwa Nuh adalah anak dari Lamekh. Kej 5: 30 “Dan Lamekh masih hidup lima ratus sembilan puluh lima tahun, setelah ia memperanakkan Nuh, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.” Ternyata Nuh bukan anak tunggal dan ia tidak sendiri, Ia punya saudara lelaki dan perempuan yang sama-sama bertumbuh dari masa anak-anak sampai dewasa. Dan tentunya ia pun punya ponakan-ponakan juga. Seharusnya yang menjadi prioritas utama masuk “bahtera” setelah keluarga inti tentunya keluarga besar dan sanak famili dulu, baru kemudian hewan-hewan.
Dalam Kitab Suci kita mengetahui bahwa Nuh adalah anak dari Lamekh. Kej 5: 30 “Dan Lamekh masih hidup lima ratus sembilan puluh lima tahun, setelah ia memperanakkan Nuh, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan.” Ternyata Nuh bukan anak tunggal dan ia tidak sendiri, Ia punya saudara lelaki dan perempuan yang sama-sama bertumbuh dari masa anak-anak sampai dewasa. Dan tentunya ia pun punya ponakan-ponakan juga. Seharusnya yang menjadi prioritas utama masuk “bahtera” setelah keluarga inti tentunya keluarga besar dan sanak famili dulu, baru kemudian hewan-hewan.
Saudara/i yang dikasihi Tuhan.
Allah hanya satu kali menampakan diri-Nya dan memperingatkan
Nuh tentang kejatuhan, yaitu tentang keinginan daging manusia di jamannya (Kej
6 :1-8) dan memerintahkan Nuh untuk membangun bahtera (Kej 6 :14 – 16) sesuai
blueprint yang diperintahkan Allah.
Pembangunan bahtera memakan waktu yang panjang, merupakan
ekspresi iman Nuh yang takut akan Allah. “Iman” bukanlah sekedar ucapan,
melainkan “action” yang dilakukan Nuh dengan bersungguh-sungguh dan sebaik mungkin ia membangun bahtera sesuai blueprint yang ditetapkan Allah.
Nuh tentunya sudah berulang kali mengajak saudara-saudaranya, ponakan-ponakannya untuk mempercayai firman yang diterimanya dari Tuhan, meskipun mereka tidak
mengindahkan ajakannya. Selama ia membangun bahtera, orang-orang pada jaman itu (termasuk saudara-saudara Nuh) hanya menonton,
mengejek dan mencemooh perbuatan Nuh tersebut.
Singkat cerita bahtera sudah siap, dan kurang tujuh hari
sebelum hujan turun (tentunya hari masih cerah), Nuh diperintahkan Tuhan masuk
kedalam bahtera. Bayangkan suasana hari yang cerah, ada bahtera di atas
bukit, Nuh dan keluarganya serta hewan-hewan yang dipilih Tuhan memasuki bahtera. Pemandangan ini tentu lucu bagi orang-orang yang melihat pada waktu itu.
Sebenarnya masih ada 7 hari bagi saudara-saudara Nuh untuk berubah pikiran menjadi percaya firman dan mengikut Nuh, tetapi hal ini tidak terjadi. Ketika hujan turun hari pertama, saudara-saudaranya mungkin berfikir "Aah.. paling juga bentar lagi berhenti". Ketika hari kedua, ketiga... hujan tidak berhenti, barulah mereka panik, tetapi terlambat karena pintu bahtera sudah tertutup. Hujan baru berhenti setelah hari yang ke 40, dan seluruh bumi ditutupi air selama 150 hari. Tidak akan ada manusia yang mampu bertahan hidup terapung-apung tanpa logistik.
Sebenarnya masih ada 7 hari bagi saudara-saudara Nuh untuk berubah pikiran menjadi percaya firman dan mengikut Nuh, tetapi hal ini tidak terjadi. Ketika hujan turun hari pertama, saudara-saudaranya mungkin berfikir "Aah.. paling juga bentar lagi berhenti". Ketika hari kedua, ketiga... hujan tidak berhenti, barulah mereka panik, tetapi terlambat karena pintu bahtera sudah tertutup. Hujan baru berhenti setelah hari yang ke 40, dan seluruh bumi ditutupi air selama 150 hari. Tidak akan ada manusia yang mampu bertahan hidup terapung-apung tanpa logistik.
Saudara/i yang dikasihi Tuhan.
Hubungan Nuh dan saudara-saudaranya tentulah pernah dekat. Didikan
orang tua tentu membuat anak-anak seharusnya akur dan saling membantu. Tetapi
faktor lingkungan juga tidak bisa diremehkan. Berapa persen waktu orang tua
bertemu anak, dan berapa persen waktu anak-anak ditempa lingkungannya?. Secara "jasmani" memang hubungan Nuh dan saudaranya pasti dekat karena mereka satu darah (= sedarah/Saudara). Tetapi secara "rohani", ternyata hubungan Nuh dan saudara-saudaranya tidak dekat. Nuh percaya firman Tuhan, tetapi saudara-saudara Nuh tidak percaya firman Tuhan.
Sesuai tema renungan ini bahwa "dekat belum tentu
selamat", maka bukan kedekatan lahiriah yang dimaksudkan di sini, melainkan kedekatan secara rohani yang menyelamatkan. Memang kita hidup jauh dari jaman Tuhan Yesus dan tidak bertemu Tuhan langsung seperti para murid Yesus, tetapi
secara rohani kita dapat dekat dengan Tuhan Yesus selagi kita percaya dan melakukan kehendak-Nya.
Tuhan memberkati. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar