Saudara/i yang dikasihi Tuhan.
Kalau seandainya waktu jaman Adam sudah ada KTP (Kartu Tanda Penduduk)
maka KTP orang pertama yang lahir di Bumi tentu bukan punya Adam, pastilah KTP punya Kain. Karena Kain yang lahir pertama di Bumi dari seorang Ibu, sebagai
anak sulung Adam, baru kemudian disusul oleh Habel yang menjadi adiknya Kain.
Dapat dipastikan bahwa Kain dan Habel mendapat didikan dari ayah dan
bundanya, maka tidaklah mengherankan kalau ternyata Kain dan Habel memberikan
korban persembahan sebagai wujud syukur kepada Tuhan. Sebagai orang tua, Adam
dan Hawa telah berhasil mendidik anak-anak mereka, sampai suatu waktu terjadilah
hal yang tidak diduga mereka. Kain dengan tega membunuh adik kandungnya
sendiri.
Pada awalnya Kain adalah seorang beriman yang memberikan korban
persembahan kepada Allah karena pengaruh didikan orang tuanya. Lalu, mengapa
Kain kehilangan imannya?
Inilah perbedaan Kain dan Habel. Ternyata Habel mempersembahkan korban yaitu anak “sulung” kambing dombanya (tentu yg terbaik) dengan imannya. Akan tetapi, pada korban persembahan Kain tidak disebutkan kata “sulung” yang disebutkan adalah “sebagian dari hasil tanah itu”. Dalam Ibrani 11: 4 menyatakan, “Karena iman Habel telah mempersembahkan
kepada Allah korban yang lebih baik daripada korban Kain ...dst”. Memang kita
ketahui bahwa Kain seorang petani dan Habel seorang gembala.
Kalau kita perhatikan dengan cermat semua kisah dalam perjanjian lama,
Allah selalu menguduskan hasil pertama dan anak laki-laki pertama (anak sulung)
sebagai milik-Nya. Beberapa contoh saja, antara lain sbb:
Kel 23 :19 “Yang terbaik dari buah bungaran hasil tanahmu haruslah kau
bawa kedalam rumah TUHAN, Allahmu...”.
Ams 3:9 “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari
segala penghasilanmu,”
Yehezkiel 48 :14 “... mereka tidak boleh mewariskan yang terbaik dari
negeri itu kepada orang lain, sebab itu kudus bagi TUHAN”.
Saudara/i yang dikasihi Tuhan.
Seperti perumpamaan benih gandum dan lalang yang tumbuh di ladang (Mat
13: 25-28), dalam ayat 28 disebutkan “Seorang musuh yang melakukannya”. Musuhlah
yang menaburkan benih lalang di antara benih-benih gandum tersebut ketika semua
orang tidur. Musuh = bukan pemilik ladang ; Tidur = suatu kondisi manusia yang
paling lengah. Pemilik ladang diumpamakan sebagai pemilik Kerajaan Sorga yaitu
Allah; sedangkan musuh adalah istilah untuk si Jahat (=Iblis).
Meskipun Kain adalah anak yang dilahirkan dari pertolongan Allah namun
sayangnya ia tidak menyadari bahwa “benih lalang” (=pikiran jahat) telah ditaburkan
Iblis ke dalam hatinya. Bisikan Iblis bisa masuk kedalam hati Kain, karena iman
Kain yang mulai melemah. Hal ini tersirat dalam Kej 4: 7 sbb: “... Jika engkau
tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu...”
Tentunya Tuhan akan mengindahkan persembahan Kain bila persembahan itu
dipersembahkan dengan baik dari hasil yang terbaik, tetapi yang terjadi adalah
yang sebaliknya. Kita tentu sepakat bahwa Tuhan adalah Allah yang maha
mengetahui, jadi tentulah Tuhan tahu apa yang ada di hati Kain.
Iblis ternyata bisa menaburkan benih jahat kedalam hati Kain ketika ia “tidur”
(=lengah) tidak menganggap penting lagi bahwa persembahan untuk Tuhan seharusnya
adalah dari penghasilan yang terbaik (bukan hanya sekedar sebagian dari hasil
tanah itu).
Keputusan yang dibuat manusia adalah “pilihan” manusia itu. Tuhan
memberikan kebebasan memilih kepada manusia sejak manusia diciptakan. Tuhan
hanya memberikan batasan-batasan mana yang boleh dan mana yang tidak, mana yang
baik dan mana yang tidak baik. Keputusan memilih ada dari hati manusia itu
sendiri.
Maka ketika kita memilih untuk tidak berbuat baik, saat itulah “dosa” yang sudah “mengintip” (= menunggu manusia
lengah) tanpa kita sadari sudah masuk
sebagai “benih lalang” (=pikiran jahat) dalam hati kita. Oleh karena itu,
jangan pernah berhenti untuk berbuat baik dan jauhi hal2 yang menggoda untuk
tidak berbuat baik. Selalu berdoa dan ingat akan kebaikan Tuhan dapat menjadi
benteng yang memagari hati kita dari godaan Iblis.
Semoga renungan ini menjadi berkat buat kita sekalian. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar