Tadinya saya berfikir bahwa yang paling berat adalah memaafkan, karena orang yang memaafkan berada di posisi rugi/ korban namun ia harus memaafkan orang lain yang telah merugikan/ menyakiti dirinya. Jarang sekali ada seseorang yang telah dirugikan/ disakiti bisa langsung memaafkan orang yang menyakitinya. Umumnya yang terjadi adalah benih dendam. Maka orang yang memaafkan kesalahan orang lain, berarti ia mampu membuang jauh-jauh benih dendam dalam hatinya meskipun telah dirugikan/ disakiti.
Kemudian setelah saya renungkan lagi, ternyata “tidak semua orang bisa minta maaf”. Banyak juga yang sulit mengeluarkan kata “maaf”, walaupun sudah jelas ia telah menyakiti dan merugikan orang lain. Untuk meminta maaf, sesesorang harus bisa “merasa bersalah” dahulu, artinya ia harus mengakui kesalahannya. Banyak sekali orang yang berbuat kesalahan tetapi tidak mau mengakui kesalahannya dengan alasan gengsi, malu dan takut harga dirinya direndahkan. Maka orang yang meminta maaf, berarti ia mampu menyadari kesalahanya kemudian merendahkan diri , mengakui dan menyesali kesalahannya.
Kesimpulannya, “memaafkan” atau “meminta maaf” SAMA beratnya, yang menentukan adalah KETULUSAN. Karena ketulusan adalah jiwa, tanpa jiwa tubuh tidak berarti apa-apa. Tanpa ketulusan, “maaf dan memaafkan” hanyalah sebuah adegan sinetron. Sekarang tergantung di mana ketulusan berada.
Semoga kita dapat menghadirkan ketulusan dalam setiap perbuatan kita, Amien..GBU
saat kita saling memaafkan, yang seorang harus merendahkan diri, dan yang lainnya harus berbesar hati.... damai itu indah ^^
BalasHapusSemoga saya bisa memaafkan dalam kehidupan ini ,saya berusaha, dan sebisa bisanya untuk melupakan apa yg dinamakan kepahitan dalam kehidupanku ini semoga TUHAN memberi jalan terbaik buat aku dan menuntun aku kejalan yang benar ..
BalasHapus